Selasa, 10 Maret 2015

OPINI





Demonstrasi Mahasiswa; Simpati atau Antipati?

            Akhir-akhir ini demo mahasiswa menolak kebijakan birokrasi bergelora sejagad Universitas. Penolakan yang di lakukan mahasiswa menjadi pusat perhatian karena eskalasinya cukup besar sampai-sampai menelan korban. Bukan hanya mahasiswa demo yang menjadi korban melainkan mahasiswa yang hanya lewat di kerumunan orang tersebut juga menjadi hantaman bagi aparat keamanan kampus.
            Sejatinya mahasiswa yang melakukan aksi demo memiliki misi suci yaitu berjihad demi pembelaan terhadap mahasiswa yang lain. Akan tetapi, jihad pembelaan yang di lakukan mahasiswa harus tercederai dengan adanya oknum mahasiswa yang tidak menggunakan nalar keilmiahannya dalam berdemo, sebaliknya berperilaku senonoh dalam menyampaikan aspirasinya, sepertinya dialah satu-satunya pemangku kebenaran dan kebijakan.
            Mahasiswa atau siapa saja yang melakukan unjuk rasa demi menyalurkan aspirasinya mendapat jaminan perlidungan hukum, karena berunjuk rasa termasuk bagian dari Hak Asasi Manusia yang harus di lindungi. Masalahnya, ketika ada orang yang berunjuk rasa justru melakukan tindakan anarkis berupa perusakan yang justru telah megganggu keamanan dan ketertiban maupun mengganggu hak-hak orang lain, maka itu patut di cegah oleh aparat penegak hukum kalau perlu dengan tindakan represif pun tidak ada masalah dalam rangka penegakan hukum dan keadilan.
            Demo Anarkis
            Anarkis adalah sebuah kosa-kata yang akhir-akhir ini hangat di bicarakan, anarkis dalam aslinya bukanlah sebuah tindakan kekerasan yang bersifat destruktif tetapi bersifat konstruktif sebagai upaya pembebasan dari ketertindasan.
            Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda.  Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan.
            Demo anarkis yang di lakukan segelintir oknum mahasiswa melakukan perusakan fasilitas kampus dan fasilitas pribadi mahasiswa lainnya adalah bentuk hilangnya nalar akademik dalam menyuarakan aspirasi. Akhirnya mahasiswa yang berdemo terkadang harus berhadap-hadapan dengan aparat keamanan kampus yang mungkin kesal dan jengkel terhadap ulah demonstran yang hampir selalu berunjuk rasa. Akhirnya dosen bukan lagi simpati terhadap aksi mahasiswa tetapi sudah bersikap antipati.

Tidak ada komentar: